Kamis, 10 November 2011

Krisis Misil Kuba (Hampir terjadinya perang nuklir di dunia)



Pendahuluan

Krisis misil Kuba adalah krisis dimana menjadi satu - satunya saat dimana seluruh dunia hampir mengalami mimpi terburuknya, yaitu perang nuklir antara blok barat dan timur. Krisis ini sendiri terjadi karena adanya pembangunan beberapa instalasi rudal balistik jarak sedang yang dilakukan di negara Kuba, terletak tepat di selatan Florida (USA). Peristiwa ini ketika diketahui pihak USA, langsung mendapatkan respon yang keras, sampai - sampai pihak US menyiagakan diri untuk berperang dalam skala besar, termasuk kemungkinan perang nuklir dengan dinaikkannya DEFCON meter ke "2".



Negara Kuba

Awal Krisis

Sebenarnya krisis antara Kuba dan US sudah dimulai dari awal naiknya Fidel Castro menjadi penguasa Kuba setelah berhasil menggulingkan pemerintahan diktator pimpinan Fulgencio Batista. Dibawah pemerintahan Castro, Kuba menjadi negara komunis. Hal ini terntu saja meresahkan pihak US yang saat itu sedang gencar - gencarnya menahan laju komunis di dunia. US akhirnya melalui CIA melatih 1000 lebih pasukan Kuba yang diasingkan Castro untuk melakukan serangan di Bay of Pigs dengan tujuan untuk menggulingkan pemerintahan Fidel Castro. Namun serangan ini gagal total, dan menjadi salah satu blunder US yang paling memalukan. Serangan ini pulalah yang akhirnya membuat Castro berpaling ke Uni Soviet untuk mendapatkan perlindungan, karena ia tahu bahwa kelak, cepat atau lambat, pasti US akan malakukan sesuatu untuk menjatuhkannya.


Fidel Castro

Sementara itu, Uni Soviet, sama seperti US, sedang gencar - gencarnya menyebarluaskan ideologi komunis ke seluruh dunia. Ketika melihat revolusi komunis di Kuba, Soviet melihat celah yang menggiurkan. Pada saat itu, rudal USSR (Soviet) hanya mampu mencapai eropa, sehingga pemasangan rudal di Kuba akan memungkinkan USSR melakukan serangan rudal ke US jika terjadi sesuatu.

Pada bulan Oktober tahun 1962, pesawat mata - mata US menemukan beberapa instalasi rudal yang sedang dibangun di Kuba. Segera setelah penemuan itu presiden Kennedy diberitahu tentang pembangunan instalasi rudal di Kuba oleh USSR. Kennedy langsung membentuk Executive Committee of the National Security Council (EXCOMM). Awalnya beberapa orang di EXCOMM, termasuk Kepala Staff gabungan, menyarankan Kennedy untuk melaksanakan invasi besar - besaran ke Kuba. Namun Kennedy ragu akan saran tersebut, karena dapat berujung pada memburuknya situasi di Eropa dan merusak image US.

Tindakan

Akhirnya setelah memalui rapat yang alot, EXCOMM dan Kennedy memutuskan untuk melakukan apa yang disebut "Karantina Laut". Pihak US mengirimkan kapal - kapal perangnya ke laut yang mengelilingi Kuba dengan tujuan menghentikan pengiriman material dari USSR yang digunakan untuk membangun instalasi di Kuba.

Namun, karantina laut itu tidak segera menghentikan krisis yang sedang terjadi. Krisis justru makin menghawatirkan sehingga Kennedy pun memerintahkan misi pengintaian setiap 2 jam sekali di sekitar Kuba. Di lain pihak, USSR terus menyangkal keberadaan rudal dan instalasinya di Kuba, memaksa US untuk menaikkan tingkatan DEFCON menjadi 2 yang berarti seluaruh kekuatan utama US termasuk rudal nuklirnya sudah disiagakan untuk menghadapi yang terburuk.


Peta yang memperlihatkan lokasi instalasi rudal di Kuba

Pihak Kuba juga sudah menyiagakan diri untuk berperang. Semua senjata anti - pesawat telah diperintahkan untuk menembak jatuh semua pesawat US yang terlihat. Selain itu, Fidel Castro juga telah menyurati pemimpin USSR yaitu Khurushchev untuk melakukan serang pre-empative ke US. Namun Khurushchev lebih memilih untuk bernegosiasi dengan US untuk menyelesaikan masalah krisis Kuba ini.

Krisis Berakhir


Sebagai upaya penyelesaian krisis, pihak USSR dan US akhirnya setuju untuk melakukan pertemuan guna menemukan solusi terbaik untuk menyelesaikan krisis misil kuba. Setelah melalui proses diplomasi yang rumit, akhirnya Kennedy setuju akan tuntutan USSR yang meminta agar US melepas misil misilnya yang diletakkan di Turki dan Italia dengan ganti berupa pemberhentian pembangunan instalasi misil di Kuba. Selain itu, pihak US juga dilarang untuk melakukan invasi sekalipun ke tanah Kuba.

Meskipun akhirnya krisis berhasil diselesaikan tanpa perang, namun penyelesaian dengan cara diplomasi telah merusak hubungan antara Kuba dan Soviet. Kuba merasa, bahwa Soviet/USSR telah mengkhianati mereka karena tidak mengikutsertakan mereka dalam negosiasi, sehingga beberapa kepentingan Kuba seperti Guantanamo, tetap tidak teselesaikan. Efek tidak langsung dari krisis misil Kuba ini sendiri adalah meningkatnya penggunaan militer dalam upaya menghambat penyebaran ideologi komunis.

sumber:Kaskus

1 komentar: